Koneksi Antarmateri Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin
Oleh Zulfitrian, S.Pd., Gr.
Fasilitator: Elih Hendartini
Pengajar Praktik: Sri Muljaningsih
Perkenalkan nama saya Zulfitrian, S.Pd., Gr., saya mengajar di SMP Negeri 2 Singkep Selatan, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Saya adalah Calon Guru Penggerak Angkatan VI tahun 2022. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin yang telah saya pelajari pada Modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak. Namun sebelum saya menguraikan materi ini saya mengajak pembaca untuk merenungkan kalimat bijak berikut ini.
“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best)
~Bob Talbert~
Pada hakekatnya pendidikan adalah suatu proses yang sistematis dan terencana, bukan hanya sekedar mengajarkan murid tentang teori/materi/konten namun bagaimana semua hal tersebut bisa masuk ke dalam kalbu serta alam pikir mereka. Sehingga semua akan berdampak pada perilaku dan karakter manusia yang beradab. Ilmu yang baik dan dilandasi oleh karakter yang baik pula akan menjadikan kehidupan yang Bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya.
Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan bagi muridnya, baik itu keteladanan perkataan maupun tindakan dan semuanya harus tercermin dalam kesehariannya. Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model dari nilai kebajikan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan pendidik tinggal. Kita sebagai pendidik harus mampu berkontribusi dengan baik bagi peserta didik, setiap keputusan yang kita ambil harus berpihak kepada murid dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan. Pendidik berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran dan keteladanan.
Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut ini,
“Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis”
(Education is the art of making man ethical)
~Georg Wilhelm Friedrich Hegel~
Memahami kalimat bijak tersebut, mengartikan bahwa pendidikan merupakan suatu proses menuntun murid dengan penguatan karakter, norma-norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan, dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi di masa yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini. Pendidikan yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.
Setelah kita mencoba memahami dua kalimat bijak tersebut, berikut ini adalah jawaban dari soal Modul 3.1 pada sub modul 3.1.a.8. Koneksi Antarmateri Pendidikan Guru Penggerak.
Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?
Salah satu hasil pemikiran Ki Hadjar Dewantara yang terkenal adalah filosofi Pratap Triloka yang berisi 3 hal pokok yaitu, Ing ngarso sung tulodo, artinya di depan menjadi teladan. Ketika mengambil keputusan maka, seharusnya seorang pemimpin menerapkan prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil dapat dijadikan contoh atau teladan bagi warga sekolah maupun kehidupan pribadinya. Pengambilan keputusan yang tepat terutama dalam proses peningkatan mutu sekolah, maka akan mampu memberikan keteladanan kepada rekan sejawat, guru, maupun murid. Dengan keputusan yang tepat pula tentu saja akan berdampak pada kesejahteraan warga sekolah.
Pemikiran selanjutnya adalah Ing madya mangun karsa, artinya di tengah membangun. Hal ini mengingatkan kita kepada keputusan seorang pemimpin harus bisa membangun potensi dari dalam bagi seluruh warga sekolah dalam bidangnya masing-masing dan mengembangkan potensi diri pribadi. Pemimpin saat di tengah-tengah suatu masalah harus mampu membangun semangat dan juga membangun kekuatan-kekuatan yang dimiliki pihak yang terlibat agar bisa kuat dalam menerima suatu keputusan.
Pemikiran terakhir yakni Tut wuri handayani yang artinya di belakang memberi dukungan. Dalam penerapannya sebagai pemimpin, keputusan yang dibutuhkan harus memberikan dukungan, dorongan bagi seluruh warga sekolah yang terlibat sehingga bisa menjadi lebih baik dan menerima dengan lapang dada.
Berdasarkan hal tersebut kita sebagai pemimpin seyogyanya menerapkan pengambilan keputusan terutama keputusan yang berpihak pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan keputusan dengan berpegang teguh pada prinsip atau filosofi pratap triloka. Dimana nilai ketiga adalah sebagai teladan, sebagai motivator, pemberi dukungan yang sejatinya harus dimiliki oleh seorang pemimpin pembelajaran maka akan memberikan dasar yang baik dalam pengambilan keputusan, nilai-nilai tersebut yang ada dalam pemimpin pembelajaran akan mampu menghasilkan pengambilan keputusan yang tepat, bertanggung jawab dan berpihak pada kepentingan murid.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang dimiliki seorang pemimpin akan membantu pikirannya dalam mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai dalam diri akan menentukan cara pandang terhadap situasi atau masalah. Sebagai seorang pemimpin harus berpegang teguh pada nilai keberpihakan pada murid, nilai religiusitas, dan nilai moral kebajikan universal serta nilai tanggung jawab sehingga dapat menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Nilai-nilai dasar pengambilan keputusan tersebut akan menjadi landasan yang memperkuat dan juga cara pandang terhadap masalah sehingga, dapat mempertajam analisis terhadap kasus dilema etika maupun bujukkan moral yang dialami dan memperkuat paradigma berpikir maupun berpikir kita sehingga, kita berani dan percaya diri dan juga mampu menghasilkan keputusan yang bisa diperbuat.
Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi sosial dan emosional. Dengan memiliki kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.
Coaching meliputi proses penjabaran masalah yang akan diambil keputusannya, dimana coach menguraikan masalahnya dengan membantu terbuka dan juga pertanyaan reflektif. Coachee juga menganalisis dan mengumpulkan informasi dan fakta untuk menentukan akar masalahnya, dan coach mengarahkan coachee untuk menemukan dan membuat daftar dari beragam pilihan-pilihan solusi atas masalahnya.
Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika atau kah bujukan moral.
Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar, dan dapat dipertanggungjawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama, dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar, dan mengecilkan kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya murid.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat akan memiliki konsekuensi positif terhadap institusi atau lembaga kita berada. Pengambilan keputusan adalah bagian terberat dari tugas sebagai pemimpin, karena secara langsung atau tidak langsung keputusan kita akan berpengaruh terhadap institusi yaitu dalam hal ini sekolah atau lingkungan tempat kita berada, dan terutama komunitas kita berada atau siswa yang mungkin juga berpengaruh terhadap kualitas pendidikan.
Sehingga dalam membuat keputusan kita harus memikirkan konsekuensi yang terjadi dari keputusan kita. Terlebih dahulu kita memikirkan suatu keputusan menggunakan prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang ada. Karena jika keputusan kita tepat, maka akan terwujud lingkungan yang positif, kondusif, serta aman dan nyaman, karena keputusan kita menentukan hal tersebut dan begitu juga sebaliknya. Jika kita salah mengambil keputusan, tentu saja konsekuensinya juga tidak akan baik dan berdampak buruk pada lingkungan dan orang-orang yang beroperasi secara langsung maupun tidak langsung dengan keputusan kita.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Perbedaan cara pandang dan kepentingan dari orang-orang yang berada dalam masalah dan juga sulitnya mengubah pola pikir atau cara berpikir orang lain dalam memandang dilema etika. Untuk dapat menghasilkan keputusan yang tepat, tentu kita harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana orang hebat mengambil keputusan, prinsip ataupun paradigma apa yang digunakan dan juga bagaimana menguji tepat atau tidaknya keputusan kita. Sehingga kita bisa memastikan apakah keputusan itu tepat atau tidak. Kesulitannya adalah mengubah cara pandang mengenai prinsip pengambilan keputusan ini, sehingga bisa langsung dalam pengambilan keputusan.
Nilai dan budaya masyarakat yang ada di lingkungan kita juga terdapat tantangan tersendiri. Kesulitannya adalah bagaimana mengakomodasi nilai budaya di lingkungan dalam keputusan yang diambil sehingga bisa menghasilkan keputusan yang tentunya tepat dan tidak bertentangan dengan nilai moral yang dianut oleh suatu nilai dan budaya masyarakat di lingkungan kita. Paradigma berpikir orang yang berbeda dan begitu juga dengan skala prioritas sehingga sulit bagi kita juga dalam mengambil keputusan yang bisa diterima dan diterima semua orang.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil. Apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid baik itu tentang metode yang digunakan oleh guru, media, dan sistem penilaian sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian, dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah mimpi belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Kita sudah mengetahui bahwa salah satu tugas terberat sebagai pemimpin pembelajaran adalah mengambil keputusan yang tepat, karena kita sadar bahwa keputusan yang kita ambil akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung kepada sekolah atau institusi dimana kita berada terutama untuk murid kita.
Kita juga harus memahami bahwa keputusan yang kita ambil memiliki konsekuensi dari keputusan kita yang kita ambil sebagai pembelajaran.Ketika kita mengambil keputusan yang berpihak pada siswa maka murid kita akan belajar menjadi orang yang merdeka dan juga bisa mengambil keputusan yang tepat kelak dan tumbuh pribadi yang matang dan cermat dalam mengambil keputusan.
Saya melihat kasus dilema etika yang disajikan pada eksplorasi konsep modul 3.1, terlihat seorang siswa kedapatan menyontek padahal siswa tersebut sangat berbakat di bidang seni hingga diterima oleh salah satu universitas dengan jurusan seni melalui program beasiswa. Nah disini saya bisa menilai pengambilan keputusan guru pada situasi ini dapat mempengaruhi masa depan murid, selain itu kejujuran yang kita yakini dan aturan yang kita ikuti, ada perspektif lain yang kita harus sadari yaitu ketidakberpihakan pada murid kita atau kemaslahatan murid.
Dalam situasi dilema etika ini kita harus membuat keputusan, maka 4 pradigma pengambilan keputusan menjadi hal utama yang dipegang. Sebagai makhluk sosial yang hidup dengan nilai dan peraturan yang berlaku, maka kadang-kadang adalah hal yang benar untuk mengikuti aturan namun juga terkadang membuat juga merupakan tindakan yang benar. Pilihan untuk memegang aturan dpat dibuat berdasarkan rasa, namun untuk membengkokkan aturan dapat dibuat berdasarkan rasa adil atau membantu murid. Prinsip berpikir inilah yang menjadi penting bagi pemimpin pembelajaran dalam keputusan demi masa murid. Dengan menganalisis kasus yang kita alami atau situasi yang kita alami sebagai pemimpin pembelajaran disekolah terutama yang berdampak pada murid.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mampu menerapkan Prinsip pratap triloka dari Ki hadjar Dewantara, yaitu Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Sebagai penuntun, guru juga harus memiliki dasar pengambilan keputusan yaitu berupa nilai yang berpihak pada siswa dengan berpedoman pada nilai-nilai moral, religius, dan nilai-nilai universal serta bertanggung jawab. Nilai seorang guru yaitu mandiri, reflektif, kolaboratif, kreatif dan berpihak pada murid juga menjadi pedoman pengambilan keputusan.
Dalam membuat keputusan dibutuhkan juga menghargai visi, misi sekolah, budaya dan nilai sebagai pengambilan keputusan di sekolah sebagai pemimpin pembelajaran. Guru juga harus mandiri dalam memetakan minat belajar murid dengan mengarahkan murid pada proses pembelajaran dan pengembangan potensi siswa melalui proses pembinaan sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat dan hal ini akan memudahkan siswa dalam menentukan masa kelak.
Kompetensi sosial emosional yang matang dari seorang guru akan mendukungnya dalam pengambilan keputusan yang tepat. Kompetensi ini meliputi kesadaran diri atau self awareness, Pengelolaan diri (self management), Kesadaran sosial atau kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skill).
Sebagai pemimpin pembelajaran maka ketika kita berada dalam situasi dilema etika maupun moral, kita menggunakan prinsip kesadaran penuh atau mindfullness sehingga kita akan sadar dengan berbagai opsi dan konsekuensi yang ada, keputusan yang dihasilkan pun dapat dipermudah dan bermanfaat. Selain itu, pembelajaran di kelas dengan mengambil strategi untuk membedakan yang sesuai kebutuhan belajar murid akan mampu mengarahkan siswa pada proses pengembangan potensi mereka dan juga melalui proses pembinaan sehingga mereka dapat mencapai kemerdekaan belajarnya.
Dalam pengambilan keputusan guru harus menerapkan prinsip atau dasar pengambilan keputusan yang tepat yaitu menggunakan empat paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Untuk itu saya harus berlatih menerapkan kemampuan pengambilan keputusan ini menggunakan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan keputusan yang saya lakukan sebagai aksi nyata yang harus saya lakukan dalam pembelajaran di kelas maupun di sekolah saya yang saya buat dalam rencana program sekolah.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Yang saya pahami dari konsep-konsep modul ini adalah Ada 4 paradigma pengambilan keputusan, yaitu:
- Individu lawan masyarakat
- kebenaran lawan kesetiaan
- keadilan VS belas kasihan
- Jangka Pendek VS jangka panjang
Ada 3 prinsip mengambil keputusan, yaitu:
- berfikir berbasis akhir
- berfikir berbasi aturan
- berfikir berbasi rasa peduli
Ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan
- Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang salingbertentangan
- Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini
- Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini
- Pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulias, uji instuisi, uji publikasi, uji panutan/idola)
- Pengujian paradigma benar atau salah
- Prinsip pengambilan keputusan
- Investigasi Opsi Trilema
- Buat keputusan
- Meninjau kembali keputusan dan refleksikan
Hal-hal yang menurut saya di luar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip berpikir, dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini saya berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika. Namun tidak mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan. Keputusan yang saya ambil biasanya hanya dari dua hal yang pertama sesuai dengan regulasi dan yang kedua tidak merugikan orang lain. Tidak melalukan uji benar lawan benar. Dalam modul ini saya belajar langkah-langkah pengambilan keputusan dengan tepat dan akurat karena ada 5 uji benar lawan benar. Sehingga setiap keputusan yang telah dibuat telah disaring dengan maksimal berdasarkan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Sebelumnya izinkan saya bersyukur atas apa yang sudah saya pelajari pada modul 3.1 ini. Banyak ilmu yang saya terima dan InsyaAllah ilmu ini akan sangat bermanfaat untuk hari ini hingga masa yang akan datang. Konsep yang saya pelajari memberikan dampak luar biasa bagi pola pikir saya. Sebelum bertemu dengan modul ini saya berpikir bahwa pengambilan keputusan hanya berdasarkan regulasi saja. Ternyata banyak hal yang menjadi dasar, ada 4 paradigma dilema etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Serta konsep pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga saya lebih yakin dengan apa yang sudah saya tetapkan sebagai satu keputusan. Saya berencana akan mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam ikut serta pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi yang saya ikuti. Saya berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Bagi saya materi pada modul 3.1 sangat penting dan bermakna. Di lingkungan sekolah guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Guru harus memiliki keterampilan pengambilan keputusan untuk mewujudkan itu semua. Keputusan yang bernilai kebajikan dan mampu mengimplementasikan 9 langkah pengambilan keputusan, sesuai 4 paradigma 3 prinsip penyelesaian dilema etika serta tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking), ini berhubungan dengan golden rule.
Demikian koneksi antarmateri Modul 3.1 yang saya paparkan, saya menyadari masih sedikit ilmu yang saya peroleh. Untuk itu mohon masukan dan informasi yang mendalam untuk perbaikan pada diri saya. Saya berharap selalu dapat memperbaiki proses menjadi lebih baik, karena saya yakin proses tidak akan menghianati hasil. Guru tergerak, bergerak dan menggerakan. Guru Bergerak-Indonesia Maju.
SALAM DAN BAHAGIA